Desa Tudua merupakan salah satu desa
pesisir pantai yang terletak di Kecamatan Bungku Tengah Kabupaten Morowali. Mayoritas suku yang mendiami desa ini adalah Suku
Bungku, dikenal dengan sebutan To Bungku.
Seperti halnya suku-suku lainnya di seluruh dunia yang memiliki tradisi
masing-masing, suku bungku juga kaya akan tradisi diantaranya yaitu Me’oti dan
Humulu. Me’oti dan Humulu merupakan
sebuah istilah yang berasal dari bahasa suku bungku yang mengacu pada kegiatan
mencari kerang/ siput (dalam bahasa
bungku siput laut disebut Pe’oti),
ikan, udang, tripang dan hasil-hasil laut lainnya yang dapat dilakukan hanya
pada saat surutnya Air Laut sehingga Masyarakat Pesisir Pantai Bungku sangat
menantikan saat dimana surutnya Air laut.
Kegiatan ini sudah dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Desa Tudua
pada khususnya dan suku bungku pada umumnya, terutama masyarakat yang bermukim
di pesisir pantai Bungku secara turun-temurun mengingat daerah Kabupaten
Morowali memiliki Luas Wilayah perairan 11.399,54 KM2 dan memiliki
panjang garis pantai 804,7 KM maka tak heran jika tradisi ini sudah ada sejak
zaman dahulu bahkan bertahan hingga saat ini.
Lebih spesifik lagi Me’oti yaitu sebuah kegiatan khusus mencari kerang/ siput yang sering dilakukan pada Pagi, siang dan sore hari tetapi tidak menutup kemungkinan dilakukan pada malam hari tergantung kapan waktu Air laut surut. Sedangkan Humulu tidak hanya mencari kerang/siput tetapi juga mencari ikan, udang, tripang dan hasil-hasil laut lainnya yang dilakukan hanya pada saat malam hari yang dulunya menggunakan penerangan lampu petromaks tetapi seiring perkembangan zaman dan teknologi maka banyak masyarakat beralih dari petromaks ke Headlamp. Penggunaan Headlamp dianggap cukup praktis Karena senter diikatkan di kepala mengarah kedepan untuk menerangi jalan sehingga orang-orang tidak perlu lagi memegangi senter tersebut.
Me’oti dan Humulu merupakan sebuah prilku sehari-hari masyarakat Desa Tudua pada khususnya dan suku Bungku pada umumnya yang mengolah dan memanfatkan sumberdaya alam secara Arif dan bijaksana karena masyarakat hanya akan mengambil kebutuhan seperlunya dan secukupnya dengan menggunkan alat tangkap traisional seperti tombak yang terbuat dari bambu yang mata/ujungnya dilengkapi dengan paku ataupun besi yang telah dipertajam, kami (orang bungku) menyebutnya dengan nama Sada (yang memiliki banyak mata tombak) ataupun Sarampa (Tombak yang memiliki tiga mata), dengan menggunakan alat tradisional ramah lingkungan sehingga ekosistem laut tetap terjaga kelestarian dan keindahannya, kegiatan ini merupakan metode konservasi Zaman dahulu yang merupakan perwujudan Kearifan Lokal Suku Bungku. Potret pengetahuan budaya dalam kehidupan sehari-hari masyarakat pesisir Bungku dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam ini berdampak sangat signifikan terhadap ketersediaan pangan dan terpenuhinya kebutuhan Gizi juga protein serta mendorong terbentuknya prilaku budaya yang selaras, seimbang dan bersinergi dengan alam. Ditinjau dari segi wisata, Kegiatan Me’oti dan Humulu dapat dijadikan sebagai salah satu Destinasi Wisata Unik dari Daerah Kabupten Morowali.
Momen Surutnya Air Laut tidak hanya dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Tudua untuk mencari hasil-hasil luat tetapi juga saat surut Air laut terkhususnya di waktu sore hari Anak laki-laki, Remaja, Hingga Dewasa menggunakan kesempatan ini untuk bermain sepak bola di Bungi. Bungi merupakan bahasa masyarakat desa setempat (bahasa bungku) untuk menyebutkan lumpur laut yang padat bercampur dengan pasir, sehingga untuk bermain sepak bola tidak perlu menggunakan sepatu bola. Memang sih saat ini Desa Tudua telah memiliki Lapangan Sepak Bola yang cukup luas tetapi dulunya saat Desa Tudua belum memiliki lapangan sepak bola, hanya bungi inilah satu-satunya lapangan Sepak Bola Alami di Desa Tudua sehingga jika ingin bermain Sepak Bola kami pemuda Desa Tudua haruslah menunggu waktu dimana Air laut surut. Meskipun harus menunggu surutnya Air laut itu tidaklah menjadi sebuah masalah, kita bahkan lebih menikmatinya Karena Masyarakat Desa Tudua menggemari olahraga terlebih lagi sepak bola. Banyaknya Aktitas yang dapat dilakukan, sehingga masyarakat sangat menanti-nantikan saat Surutnya Air Laut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar